Bos Liverpool menyemangati anak-anak asuhnya pada jeda babak pertama dengan mengingatkan mereka pada final Liga Champions 2005.
Manajer Liverpool, Jurgen Klopp, menginstruksikan anak-anak asuhnya mengulangi kemenangan pada final Liga Champions 2005 di Istanbul, Turki, saat mereka tertinggal 1-3 dari Borussia Dortmund pada leg kedua perempat final Liga Europa.
The Reds—julukan Liverpool FC—tertinggal 0-2 akibat gol Henrikh Mkhitaryan dan Pierre-Emerick Aubameyang pada babak pertama di Stadion Anfield, Kamis (14/04). Apabila diakumulasi dengan kedudukan imbang 1-1 saat bermain pada leg pertama di Jerman, skor agregat menjadi 1-3.
“Saya mengingatkan para pemain tentang Liverpool yang ketinggalan 3-0 pada final Liga Champions melawan AC Milan. Saya tahu inilah saatnya untuk peristiwa besar sepak bola. Momen spesial ketika itu,” kata Klopp usai pertandingan.
- Borussia Dortmund tahan Liverpool 1-1 di Liga Europa
- Klopp: Kunjungan ke Dortmund lebih baik dibanding ke Korut
- Liverpool singkirkan Manchester United di Liga Europa
Ucapan Klopp yang merujuk final Liga Champions 2005, ketika Liverpool membalikkan keadaan dan mengalahkan AC Milan, terbukti mengubah permainan para punggawa The Reds.
Gawang Liverpool yang dikawal Simon Mignolet bergetar tiga kali akibat aksi para pemain Borussia Dortmund.
Tiga menit setelah babak kedua dimulai, Divock Origi memperkecil ketinggalan menjadi 1-2.
Walau Marco Reus memperbesar keunggulan Dortmund pada menit ke-57, Liverpool sanggup menyamakan skor lewat sepakan Philippe Coutinho dan sundulan Mamadou Sakho.
Tandukan Dejan Lovren sesaat sebelum pertandingan berakhir menjadikan skor berubah 4-3 atau agregat 5-4 untuk kemenangan Liverpool.
“Semua orang bisa melihat sesuatu terjadi di stadion. Anda bisa merasakannya, mendengarnya, menciumnya. Sungguh brilian, luar biasa, emosional, semuanya. Saya tidak akan melupakannya karena spesial. Kini kami harus melanjutkannya dan berupaya melakukannya lebih sering,” kata Klopp.
Tidak logis
Manajer Dortmund, Thomas Tuchel, tidak punya jawaban ketika ditanyakan bagaimana timnya bisa kalah.
“Jika Anda mengharap penjelasan, saya harus mengecewakan Anda. Pertandingan tadi tidak logis, sangat emosional. Atmosfernya seperti ketika semua orang, kecuali pendukung kami, meyakini itu seharusnya terjadi, sudah takdir,” kata Tuchel.
Soal kemiripan dengan final Liga Champions 2005, Tuchel sepakat.
“Jika Anda mengingat final Liga Champions dengan AC Milan, ketika Liverpool menang setelah tertinggal 3-0, hal itu berkontribusi pada energi dan keyakinan di dalam stadion. Lalu semua orang percaya dengan gol keberuntungan, namun kami tidak mengantisipasinya. Selamat kepada Liverpool,” tandas Tuchel.
Berkat kemenangan kontra Dortmund, Liverpool kini melaju ke babak semi final bersama Sevilla, Shakhtar Donetsk, dan Villarreal.
Post a Comment